Minggu, 23 Agustus 2015

Jiwa Entrepreneur bagi Mahasiswa Ekonomi



     Di era globalisasi ini, kita merasakan banyaknya perubahan yang terjadi di sekitar kita. Perubahan terjadi diberbagai macam bidang seperti teknologi, sosial, dan ekonomi. Meningkatnya angka kelahiran setiap tahunnya membuat perubahan yang signifikan. Hal tersebut juga mengakibatkan banyaknya permintaan akan alat pemuas kebutuhan manusia. Permintaan akan lapangan pekerjaan juga. Di Indonesia, banyak tawaran akan pekerjaan. Namun, kriteria yang dibutuhkan cukup tinggi membuat tidak semua orang bisa mendapat pekerjaan tersebut. Tidak sedikit orang di Indonesia masih berpendidikan minim. Walaupun sebenarnya pendidikan yang tinggi juga menjadi jaminan sukses dalam bekerja.
            Menjadi seorang wirausahawan atau pebisnis merupakan salah satu langkah tercepat mencapai sukses dan menjadi kaya. Hampir setiap orang ingin menjadi wirausahawan atau enterpreneur yang sukses. Namun, hanya beberapa orang yang langsung ”take action”dan mewujudkan apa yang dia inginkan selama ini, yaitu pengusaha sukses. Pemikiran akan resiko-resiko dan perencanaan yang terlalu lama seringkali menjadi penghambat seseorang untuk “take action” dan maju untuk menjalankan perusahaan yang dibangunnya.
            Kita, sebagai mahasiswa ekonomi, beruntung masih bisa mendapatkan ilmu ekonomi. Walaupun sebenarnya, ilmu apapun bisa didapat dimana pun dan kapan pun. Mahasiswa ekonomi bisa dikatakan beruntung. Kenapa? Karena selama perkuliahan merekabanyak mendapatkan ilmu-ilmu yang kedepannya dapat diimplementasikan di masyarakat.
            Selama perkuliahan, mahasiswa ekonomi dicoba untuk membuka pikiran dan berpikir secara dalam dan panjang. Mahasiswa ekonomi juga dituntut untuk berwawasan luas dan global agar ilmu yang dipelajari selama ini dapat dipraktekan secara baik dan berjalan sesuai harapan.
            Mahasiswa ekonomi juga sangat beruntung karena mendapat ilmu ekonomi disaat kebanyakan orang masih belum mendapatkan kesempatan untuk mempelejari ilmu ini secara mendalam. Selama perkuliahan, mahasiswa ekonomi juga mendapatkan training, seperti Praktek Kerja Lapangan atau yang biasa disebut PKL. Praktek kerja semacam ini membuat mahasiswa ekonomi mendapat ”bayangan” akan seperti apa mereka kedepannya. Entah itu menjadi pekerja atau orang yang membuka lapangan pekerjaan. Banyak juga dari mahasiswa ekonomi ketika mereka PKL, langsung ditawarkan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tetapi, tidak sedikit juga yang akhirnya membuat lapang pekerjaan. Praktek kerja lapangan tersebut membuat mahasiswa ekonomi mempunyai sedikit pengalaman. Banyak dari mereka yang ketika lulus, langsung membuka usaha sendiri.
            Lalu, pentingkah menumbuhkan jiwa enterpreneur bagi mahasiswa ekonomi?
            Ya. Sangatlah penting menumbuhkan jiwa enterpreneur bagi mahasiswa ekonomi. Kenapa? Karena, selama masa perkuliahan mahasiswa ekonomi dibekali dengan ilmu-ilmu ekonomi dan mendapat pengalaman bekerja di instansi atau perusahaan. Tumbuhnya jiwa enterpreneur bagi mahasiswa ekonomi juga merupakan tujuan dari jurusan tersebut. Besar harapan, lulusnya para mahasiswa ekonomi nanti mereka dapat membuka lapangan pekerjaan atau  sebagai pemilik perusahaan. Sehingga, banyak orang dapat tertolong karena banyak dibukanya lapangan pekerjaan.
            Mahasiswa ekonomi juga identik dengan “boss” yang maksudnya mereka merekrut banyak orang. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah lulus, mahasiswa ekonomi dapat membantu perekonomian Indonesia.
            Selain ilmu-ilmu yang didapatkan selama kuliah, niat dan tekat yang kuat untuk berwirausaha juga sangat diperlukan. Tanpa adanya niat dan tekad yang kuat akan menjadi sia-sia. Karena, dalam dunia bisnis, kita akan bersaing dengan banyak orang secara nasional maupun internasional.
Memiliki ide bisnis, sifat optimisme, dan terus belajar untuk berwirausaha juga sangatlah penting. Jadi, perusahaan yang dibangun akan membawa manfaat bagi pemilik maupun para pekerja. Sehingga, bisnis yang dijalankan akan maju dan sukses.
Oleh karena itu, tumbuhnya  jiwa enterpreneur bagi mahasiswa ekonomi sangat penting karena kedepannya, mereka bisa membantu para pengangguran. Hal yang terpenting dari tumbuhnya jiwa enterpreneur ini adalah lakukan sekarang juga. Banyak orang yang memiliki impian-impian untuk mempunyai suatu perusahaan tetapi masih saja belum bergerak.

Rabu, 19 Agustus 2015



Permasalahan Perekonomian di Daerah Indonesia Bagian Timur dan Solusi Konkret untuk Mengatasinya
            Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan di Indonesia masih belum tercapai secara keseluruhan terutama di Indonesia bagian timur. Belum ada pengananan sumber daya alam dan manusia secara menyeluruh membuat Indonesia bagian timur sedikit tertinggal dalam perkembangan ekonominya.
            Beberapa permasalahan yang dihadapi Indonesia bagian timur salah satunya rendahnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia masih terkendala masalah modal dan investasi. Apalagi, di Indonesia bagian timur masih banyak daerah-daerah yang belum terjamah. Padahal, daerah-daerah tersebut berpeluang menjadi pemasukan untuk daerah-daerah tersebut. Walaupun tidak sedikit perusahaan asing yang menanamkan modalnya di sana, tetapi pertumbuhan ekonomi perorangannya masih rendah.
            Kemiskinan juga merupakan salah satu faktor permasalahan ekonomi selanjutnya. Kemiskinan merupakan keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup meliputi makanan, pakaian, tempat tingal, pendidikan, dan kesehatan. Di Indonesia bagian timur, masih tinggi sekali angka kemiskinan. Sebagai contohnya, pada tahun 2014, menurut data Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia menyebutkan angka kemiskinan di Provinsi Papua jauh di atas tingkat kemiskinan rata-rata Indonesia, yaitu 13,3 persen. Tingkatan kemiskinan di Provinsi Papua mencapai 31,5 persen.
            Mentri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menyatakan, ketimpangan antardaerah ditunjukan dengan dominasi kemiskinan beberapa provinsi di Indonesia bagian timur. Setelah Papua, tingkat kemiskinan tertinggi kedua adalah Papua Barat dengan 27,1 persen, disusul juga oleh Maluku 19,3 persen.
              Ketidakmampuan industrial menjadi faktor berikutnya. Industri di Indonesia kebanyakan hanya merakit barang saja. Walaupun banyak sekali industri besar di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur, industri itu pasti milik asing. Padahal, Indonesia memiliki Sumber Daya Alam atau SDA yang amat kaya. Kita ambil sebagai contoh, Freeport. Tambang “uang” yang merupakan sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. mengeksplorasi bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak ini beroperasi di dataran tinggi Kabupaten Timika, Papua. Pemerintah tidak berhasil mempertahankan tambang Grasberg yang akhirnya diambil alih oleh asing.
            Pendidikan yang rendah pun termasuk kedalam permasalahan di Indonesia bagian timur. Karena Indonesia Bagian Timur memiliki banyak pulau yang letak geografisnya tersebar luas, membuat kendala dalam meraih pendidikan adalah masalah perhubungan. Anak-anak di daerah harus menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk menuju sekolah. Ditambah lagi karena faktor ekonomi yang mendesak membuat anak-anak tersebut putus sekolah dan membantu keluarganya. Apalagi, banyaknya orang tua yang berpikir sekolah hanya menyulitkan anak-anak mereka karena harus menempuh perjalanan yang tidak sebentar dan tidak menghasilkan apa-apa. Sulitnya akses menuju daerah-daerah di Indonesia bagian timur membuat penyebaran tenaga keguruan tidak merata. Faktor pendidikan amatlah penting karena semua orang diajarkan berbagai ilmu yang kedepannya bisa menjadi bekal dalam mendapatkan pekerjaan.
            Lalu, adakah cara mengatasi permasalahan perekonomian tersebut?
            Pemerintah harusnya lebih bisa menangani segala kelebihan dari daerah-daerah Indonesia bagian timur. Karena, masih banyak daerah-daerah di Indonesia timur yang belum tereksplor. Banyak daerah yang potensial untuk menyejahterakan para warga di Indonesia bagian timur, tetapi pengelolaannya masih alakadarnya.
            Membuka pelatihan-pelatihan yang rutin bagi para orang tua yang berada di pelosok daerah juga penting. Walaupun bisa kita katakan para orang tua tersebut “terlambat” mendapatkan pendidikan secara formal, tetapi dengan pelatihan-pelatihan yang mengasah keterampilan sehingga para orang tua tersebut bisa mengelola sumber daya alam yang tersedia dan bisa menjadi pemasukan bagi mereka.
            Pemerintah juga harus mengalokasikan dana APBN pendidikan yang besarnya mencapai Rp408,5 triliun atau 20,59 persen dari total belanja negara dengan semaksimal mungkin. Membangun sekolah-sekolah di daerah pelosok sangat penting karena susahnya akses untuk menuju sekolah-sekolah yang berada jauh dari letak tempat tinggal mereka. Pengiriman guru-guru ke pelosok-pelosok Indonesia timur juga sangat dibutuhkan karena, kurangnya ketenagakerjaan guru disana. Sehingga, pendidikan di Indonesia timur masih jauh dari kata sempurna. Penyejahteraan guru juga merupakan faktor vital. Karena letaknya yang jauh akan membuat taraf hidup disana juga meningkat. Jadi, guru-guru yang dikirimkan bisa menyesuaikan diri dengan baik dan bisa melakukan aktivitasnya secara maksimal.